watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

BOCAH IMUT

Tommy, sepupuku, baru duduk di kelas empat
SD. Baru saja ia tiba di rumah. Tommy
nongkrong di lantai teras depan rumah.
Rumahnya kosong. Ayah dan ibunya pergi
bekerja, sedangkan ia anak tunggal. Tommy
asyik membaca sebuah novel yang seharusnya
hanya boleh dibaca oleh orang dewasa.

“Halo, Tommy. Lagi asyik baca nih. Mama udah
pulang belum?”, Datang seorang wanita cantik
berusia sekitar tiga puluh tahunan.

“Eh, Tante Tika. Mama belum pulang tuh!” jawab
Tommy sambil menyembunyikan novel yang
dibacanya ke belakang tubuhnya. Tante Tika, adik
ayah Tommy, baru saja bercerai dengan
suaminya.

“Eh, Tommy baca apa sih? Kok pake di umpet-
umpetin segala? Tante boleh lihat nggak?” Setelah
dibujuk-bujuk, Tommu mau menyerahkan novel
itu kepada Tante Tika.

“Astaga, Tommy. Masih kecil bacaannya ginian!”,
seru Tante Tika setelah melihat sampul buku yang
bergambarkan seorang gadis muda dengan
busana yang sangat minim dan pose yang
menggiurkan. Tante Tika lalu membolak-balik
halaman novel itu. Saat membaca bagian di mana
terdapat adegan yang merangsang dalam buku
itu, sekilas terjadi perubahan pada wajahnya.

“Tom, daripada kamu sendirian di sini, lebih baik
ke rumah Tante yuk!”, ajak Tante Tika.
“Tapi, Tante, Tonny disuruh Mama jaga rumah”.
“Alaa, tinggal kunci pintu saja sudah”, kata Tante
Tika sambil mengunci pintu rumah lalu ia menarik
tangan Tommu ke mobilnya.

Mobil Tante Tika sudah meluncur di jalan raya
menuju rumahnya. Sebentar-sebentar ia
menoleh ke arah Tommy yang duduk di
sampingnya.
“Masih kecil sudah ganteng begini”, gumam Tante
Tika dalam hati. Ia menggerakkan tangannya
meremas-remas kemaluan bocah yang masih
hijau itu.

“Aduh, Tante. Geli ah”, kata Tommy. Tante Tika
tersenyum penuh arti. Ia menarik tangannya
ketika mobil sudah tiba di depan rumahnya yang
megah bak istana di seberang danau Sunter.

Tante Tika usianya sudah mencapai tiga puluh
dua tahun, tapi penampilannya masih seperti
gadis berusia dua puluh tahunan berkat giatnya ia
mengikuti senam aerobik di sebuah klub
kebugaran beken di Jakarta. Wajahnya yang
cantik ditambah dengan tubuhnya yang bahenol
serta seksi. Payudaranya yang besar memang
amat menawan, apalagi dia sekarang seorang
janda. Sudah banyak lelaki yang mencoba
merebut hatinya, tapi semua itu ditolaknya
mentah-mentah. Menurutnya mereka hanya
menginginkan hartanya saja. Tante Tika memang
kaya raya, mobil mewahnya ada beberapa buah
dari model yang mutakhir lagi.

kumpulan Cerita Dewasa Lainya, Dapat Anda Lihat & Baca Hanya Di :
www.ceritaindo.sextgem.com

Rumahnya
mentereng, di kawasan perumahan elite lagi. Itu
semua berkat kerja kerasnya sebagai direktris
sebuah perusahaan asuransi papan atas.

Oh ya, Tante Tika mempunyai seorang anak
gadis bernama Andriana, putri satu-satunya, tapi
biasa dipanggil Andri saja. Gadis manis ini duduk
di kelas dua sebuah SMP swasta top di daerah
Kelapa Gading. Pada usianya yang baru
menginjak empat belas tahun ini, tubuh Andri
sedang mekar-mekarnya. Payudara remajanya
sudah ranum sekali, berukuran lebih besar
daripada gadis-gadis sebayanya, laksana
payudara gadis berusia tujuh belas tahun.

Mungkin kemontokannya ini warisan dari ibunya.
Tapi Andri memang anak yang agak kurang
pergaulan alias kuper karena kebebasannya
dibatasi dengan ketat oleh ibunya, yang kuatir ada
pihak-pihak yang memanfaatkan kemolekan
tubuh anaknya tersebut. Sama sekali Andri belum
pernah merasakan apa artinya itu cinta. Padahal
banyak sudah cowok yang naksir dia. Namun
Andri belum sadar akan cinta.

“Tom, badan Tante pegal nih. Tolong pijatin ya”,
kata Tante Tika sambil mengajak Tommy ke
kamar tidurnya. Tante Tika membuka busananya.

Lalu ia membaringkan tubuhnya yang telanjang
bulat tengkurap di ranjang. Tommy masih lugu
sekali. Ia belum tahu apa-apa tentang keindahan
tubuh wanita.

“Tante kok buka baju? Kepanasan ya?”, tanya
Tommy dengan polosnya. Tante Tika
mengangguk. Lalu Tommy memijati tubuh Tante
Tika. Mula-mula punggungnya. Lalu turun ke
bawah. Tante Tika mendesah sewaktu tangan
mungil Tommy memijati gumpalan pantatnya
yang montok.

“Tante, kenapa? Sakit ya?”, tanya Tommy lugu.
Mula Tante Tika memerah. Dia duduk di atas
ranjang. Tangannya menarik tangan Tommy ke
payudaranya.

“Tante, ini apaan? Kok empuk amat sih?”, tanya
Tommy ketika tangannya menjamah payudara
tantenya. Tante Tika mulai bangkit nafsu
birahinya.

“Ini namanya payudara, Tom”.
“Kok Tante punya sih? Tommy nggak ada?”.
“Tommy, Tommy. Kamu bukan cewek. Semua
cewek kalau udah gede pasti akan punya
payudara. Payudara adalah lambang keindahan
tubuh wanita”, Tante Tika menjelaskan dengan
bahasa yang terlalu tinggi bagi anak seusia
Tommy.

“Lalu pentilan ini apa namanya?”, tanya Tommy
sambil memijit puting susu tantenya. Tante Tika
sedikit menggelinjang terangsang.

“Ah.., Ini namanya puting susu. Semua wanita
juga mempunyai puting susu. Mamamu juga
punya. Dulu waktu kamu masih bayi, kamu
minum susu dari sini”.
“Masa sih Tante. Biasanya kan susu dari sapi?”
“Mau nyobain nih kalo kamu nggak percaya. Sini
deh kamu isap puting susu Tante!”.
Tommy kecil mendekatkan mulutnya pada
payudara Tante Tika lalu diisapnya puting
susunya.

“Ih, Tante bohong. Kok nggak keluar apa-apa?”,
kata Tommy sambil terus menyedoti puting susu
Tante Tika yang tinggi menegang itu. Tapi
tantenya nampaknya tidak mempedulikan
perkataan keponakannya itu.
“Teruskan.., Tom.., Sedot terus.., Ouuhh..”, kata
Tante Tika bernafsu. Karena merasa mendapat
mainan baru, Tommypun menurut. Dengan
ganasnya ia menyedot-nyedot puting susunya.
Tante Tika menggerinjal-gerinjal. Tak sengaja
tangannya menyenggol gelas yang ada di meja di
dekatnya, sehingga isinya tumpah membasahi
bahu dan celana pendek Tommy.
“Ya, Tante. Pakaian Tommy basah deh!”, kata
Tommy sambil melepaskan isapannya pada
puting susu Tante Tika.
“Ya, Tommy. Kamu buka baju dulu deh. Nanti
Tante ambilkan baju ganti. Siapa tahu ada yang
pas buat kamu”, kata Tante Tika sambil beranjak
ke luar kamar tidur. Sempat dilihatnya tubuh
telanjang Tommy. Dikenalkannya pakaiannya lagi.

Tante Tika pergi ke kamar anaknya, Andri, yang
baru saja pulang dari sekolah.
“Dri”.
“Apa, Ma?”, tanya Andri yang masih memakai
baju seragam. Blus putih dan rok berwarna biru.
“Kamu punya baju yang sudah nggak kamu
pakai lagi nggak?”.
“Ngg.., Ada Ma. Tunggu sebentar”, Andri
mengeluarkan daster yang sudah kekecilan buat
tubuhnya dari dalam lemari pakaiannya.

“Buat apa sih, Ma?”, kata Andri seraya
menyerahkan dasternya kepada ibunya.
“Itu, buat si Tommy. Tadi pakaiannya basah
ketumpahan air minum”.
“Tommy datang ke sini, Ma? Sekarang dia di
mana?”.
“Sudah! Kamu belajar dulu. Nanti Tommy akan
Mama suruh ke sini!”.
“Ya.., Mama!” Gerutu Andri kesal. Ibunya tak
mengindahkannya. Andri senang pada Tommy
karena ia sering saling menukar permainan
komputer dengannya. Tapi Andri keras kepala.

Setelah jarak ibunya cukup jauh, diam-diam ia
membuntuti dari belakang tanpa ketahuan.
Sampai di depan kamar ibunya, Andri mengintip
ke dalam melalui pintu yang sedikit terbuka.
Dilihatnya ibunya sedang berbicara dengan
Tommy.

“Tommy, coba kamu pake baju ini dulu. Bajunya
Andri, sambil nunggu pakaian kamu kering”, kata
Tante Tika sambil memberikan daster milik Andri
kepada Tommy.

“Ya, Tante. Tommy nggak mau pake baju ini. Ini
kan baju perempuan! Nanti Tommy jadi punya
payudara kayak perempuan. Tommy nggak
mau!”.
“Nggak mau ya sudah!”, kata Tante Tika sambil
tersenyum penuh arti. Kebetulan, batinnya.

Kemudian ia menanggalkan busananya kembali.
“Kalo yang ini apa namanya, Tom?”, tanya Tante
Tika sambil menunjuk batang kemaluan Tommy
yang masih kecil.

“Kata Papa, ini namanya burung”, jawab Tommy
polos.
“Tommy tahu nggak, burung Tommy itu
gunanya buat apa?”.
“Buat pipis, Tante”.
“Bener, tapi bukan buat itu aja. Kamu bisa
menggunakannya untuk yang lain lagi. Tapi itu
nanti kalo kamu sudah gede”.

Andri heran melihat ibunya telanjang bulat di
depan Tommy. Semakin heran lagi melihat mulut
ibunya mengulum batang kemaluannya. Rasanya
dulu ibunya pernah melakukan hal yang sama
pada kemaluan ayahnya. Semua itu dilihatnya
ketika kebetulan ia mengintip dari lubang kunci
pintu kamar ibunya. Kenapa ya burung si
Tommy itu, pikir Andri.

“Enak kan, Tom, begini?”, tanya Tante Tika
sembari menjilati ujung batang kemaluan
Tommy.
“Enak, Tante, tapi geli!”, jawab Tommy meringis
kegelian.
“Kamu mau yang lebih nikmat nggak?”.
“Mau! Mau, Tante!”.
“Kalau mau, ini di pantat Tante ada gua. Coba
kamu masukkan burung kamu ke dalamnya.

Terus sodok keras-keras. Pasti nikmat deh”, kata
Tante Tika menunjuk selangkangannya.
“Cobain dong, Tante”, Tante Tika menyodokkan
pantatnya ke depan Tommy. Tommy dengan
takut-takut memasukkan “burung”nya ke dalam
liang vagina Tante Tika. Kemudian disodoknya
dengan keras. Tante Tika menjerit kecil ketika
dinding “gua”nya bergesekkan dengan “burung”
Tommy. Andri yang masih mengintip bertambah
heran. Ia tidak mengerti apa yang dilakukan
ibunya sampai menjerit begitu. Tapi Andri segera
berlari kembali ke kamarnya ketika ia melihat
ibunya bangkit dan berjalan ke arah pintu, diikuti
oleh Tommy yang hanya memakai celana dalam
ibunya. Sampai di kamarnya, Andri berbaring di
ranjang membaca buku fisikanya. Tommy
muncul di pintu kamar.

“Mbak Andri. Kata Tante tadi Mbak mau cari
Tommy ya?”.
“Iya, kamu bawa game baru nggak?”, tanya
Andri. Tommy menggeleng.

“Eh, Tom. Ngomong-ngomong tadi kamu
ngapain sama mamaku?”.
“Nah ya, Mbak tadi ngintip ya? Pokoknya tadi
nikmat deh, Mbak!”, kata Tommy berapi-api
sambil mengacungkan jempolnya.

“Enak gimana?”, Andri bertanya penasaran.
“Mbak mau ngerasain?”.
“Mau, Tom”.
“Kalo begitu, Mbak buka baju juga kayak Tante
tadi”, kata Tommy.

“Buka baju?”, tanya Andri, “Malu dong!”.
Akhirnya dengan malu-malu, gadis manis itu
mau membuka blus, rok, BH, dan celana
dalamnya hingga telanjang bulat. Tommy tidak
terangsang melihat tubuh mulus yang
membentang di depannya. Payudara ranum
yang putih dan masih kencang dengan puting
susu kemerahan, paha yang putih dan mulut,
pantat yang montok. Masih kecil sih Tommy!
“Bener kata Tante. Mbak Andri juga punya
payudara. Tapi punyanya Tante lebih gede dari
punya Mbak. Pentilnya Mbak juga nggak tinggi
kayak Tante”, Tommy menyamakan payudara
dan puting susu Andri dengan milik ibunya.
“Pentil Mbak keluar susu, nggak?”.
“Nggak tahu tuh, Tom. Nggak pernah ngerasain
sih!”, kata Andri lugu.

“Pentilnya Tante nggak bisa ngeluarin apa-apa,
payah!”.
“Masak sih bisa keluar susu dari pentilku?”, kata
Andri tidak percaya sambil memandangi puting
susunya yang sudah meninggi meskipun belum
setinggi milik ibunya.

“Mbak nggak percaya? Mau dibuktiin?”.
“Boleh!”, kata Andri sambil menyodorkan
payudaranya yang ranum.
Mulut Tommy langsung menyambarnya. Diisap-
isapnya puting susu Andri, membuat gadis itu
menggerinjal-gerinjal kegelian.

“Ya, kok nggak ada susunya sih, Mbak?”.
“Coba kamu isap lebih keras lagi!”, kata Andri.

Tommy segera menyedoti puting susu Andri.
Tapi lagi-lagi ia kecewa karena puting susu itu
tidak mengeluarkan air susu. Tapi Tommy belum
puas. Diisapnya puting susu Andri semakin keras,
membuat gadis manis itu membelalak menahan
geli.

“Nggak keluar juga ya, Tom”, tanya Andri
penasaran.

“Kali kayak sapi. Harus diperas dulu baru bisa
keluar susunya”, kata Tommy.
“Mungkin juga. Ayo deh coba!”, kata Andri seraya
meremas-remas payudaranya sendiri seperti
orang sedang memerah susu sapi. Sementara itu
Tommy masih terus mengisapi puting susunya.

Akhirnya mereka berdua putus asa.
“Kok nggak bisa keluar sih. Coba yang lain aja
yuk!”, kata Tommy membuka celana dalamnya.

“Apaan tuh yang nonjol-nonjol, Tom?”, tanya
Andri ingin tahu.
“Kata Papa, itu namanya burung. Cuma laki-laki
yang punya. Tapi kata Tante namanya kemaluan.

Tau yang bener yang mana!”.
“Aku nggak punya kok, Tom?”, kata Andri sambil
memperhatikan daerah di bawah pusarnya. Tidak
ada tonjolan apa-apa”.
“Mbak kan perempuan, jadi nggak punya. Kata
Tante, anak perempuan punya.., apa tuh
namanya.., va.., vagina. Katanya di pantat
tempatnya.

“Di pantat? Yang mana? Yang ini? Ini kan tempat
‘eek, Tom?!”, kata Andri sambil menunjuk
duburnya.
“Bukan, lubang di sebelahnya”, kata Tommy
yakin.
“Yang ini?”, tanya Andri sembari membuka bibir
liang vaginanya.

“Kali!”.
“Jadi ini namanya vagina. Namanya kayak nama
mamanya Hanny ya?”, kata Andri. Ia
menyamakan kata vagina dengan Tante Gina,
ibuku.

“Tadi mamaku ngisep-ngisep burung kamu.
Emangnya kenapa sih?”, lanjut Andri.
“Tommy juga nggak tahu, Mbak”.
“Enak kali ya?”.
“Kali, tapi Tommy sih keenakan tadi”.
Tanpa rasa risih, Andri memasukkan batang
kemaluan Tommy ke dalam mulutnya, lalu
diisap-isapnya.

“Ah, nggak enak kok Tom. Bau!”, kata Andri
sambil meludah.
“Tapi kok kudengar mamaku menjerit-jerit. Ada
apaan?”, tanya Andri kemudian.

“Gara-gara Tommy masukin burung Tommy ke
dalam guanya. Nggak tahu tuh, kok tahu-tahu
Tante menjerit”.

“Gua yang mana?”, Andri penasaran.
“Yang tadi tuh, Mbak. Yang namanya vagina”.
“Apa nggak sakit tuh, Tom?”.
“Sakit sih sedikit. Tapi nikmat kok. Mbak!”.
“Bener nih?”.
“Bener, Mbak Andri. Tommy berani sumpah
deh!”.

“Coba deh”, Andri akhirnya percaya juga.
Tommy memasukkan batang kemaluannya ke
dalam liang vagina Andri yang masih sempit.

Andri menyeringai.
“Sakit dikit, Tom”.
Tommy menyodok-nyodokkan “burung”nya
berulang kali dengan keras ke “gua” Andri. Andri
mulai menjerit-jerit kesakitan. Tapi Tommy tidak
peduli karena merasa nikmat. Andri tambah
menjerit dengan keras. Mendengar lengkingan
Andri, Tante Tika berlari tergopoh-gopoh ke
kamar putrinya itu.

“Dri, Andri. Kenapa kami?”, tanya Tante Tika. Ia
terkejut melihat Andri yang meronta-ronta
kesakitan disetubuhi oleh Tommy kecil.

“Ya ampun, Tommy! Berhenti! Gila kamu!”
teriaknya naik darah. Apalagi setelah ia melihat
darah yang mengalir dari selangkangan Andri
melalui pahanya yang mulus.

Astaga! Andri telah ternoda oleh anak kecil berusia
sepuluh tahun, sepupunya lagi?! Putrinya yang
baru berumur empat belas tahun itu sudah tidak
perawan lagi?!
“Nanti aja, Tante! Enak!”.
“Anak jahanam!”, teriak Tante Tika marah. Ia
menempeleng Tommy, sehingga bocah itu
hampir mental. Sementara itu, Andri langsung
ambruk tak sadarkan diri.

Sejak kejadian itu hubungan keluarga Tommy
dengan Tante Tika menjadi tegang.


Adult | GO HOME | Exit
1/5465
U-ON

inc Powered by Xtgem.com